BIMBINGAN
KONSELING
Konsep dasar
Bimbingan dan konseling
Bimbingan
dan konseling merupakan salah satu komponen dlm keseluruhan sistem pendidikan
khususnya di sekolah; guru sbg salah satu pendukung unsur pelaksana pendidikan
yang mempunyai tanggung jawab sebagai pendukung pelaksana layanan bimbingan
pendidikan di sekolah, dituntut untuk memiliki wawasan yang memadai terhadap
konsep-konsep dasar bimbingan dan konseling di sekolah.
Lingkup bahasan
•
Latar belakang berbagai
aspek yang berkaitan dengan perlunya layanan bimbingan di sekolah
–
Latar belakang sosial
kultural
–
Latar belakang pedagogis
–
Latar belakang psikologis
•
Pengertian, prinsip dan
asas bimbingan dan konseling di sekolah.
•
Fungsi, sasaran, dan ruang
lingkup layanan bimbingan dan konseling di sekolah.
LATAR BELAKANG BIMBINGAN DAN
KONSELING
•
Latar belakang
sosio-kultural
Perkembangan
zaman (globalisasi) menimbulkan perubahan dan kemajuan dalam masyarakat. Aspek perubahan meliputi: sosial, politik,
ekonomi, industri, informasi dsb. Akibatnya ialah berbagai permasalahan yang
dihadapi oleh individu, misalnya, pengangguran, syarat-syarat pekerjaan,
penyesuaian diri, jenis dan kesempatan pendidikan, perencanaan dan pemilihan
pendidikan, masalah hubungan sosial, masalah keluarga, keuangan, masalah
pribadi, dsb. Walaupun pada umumnya masing-masing individu berhasil
mengatasi dengan sempurna, sebagian lain masih perlu mendapatkan
bantuan.
Tanggung jawab
sekolah ialah membantu para siswa baik sbg pribadi maupun sbg calon anggota
masyarakat, dengan mendidik dan menyiapkan siswa agar berhasil menyesuaikan
diri di masyarakat dan mampu menyelesaikan berbagai masalah yang dihadapinya.
Program
bimbingan dan konseling membantu berhasilnya program pendidikan pada
umumnya
•
Latar belakang pedagogis
Sesuai dengan
kebijaksanaan pemerintah, pendidikan diartikan sebagai suatu usaha sadar
untuk mengembangkan kepribadian yang berlangsung di sekolah maupun di luar
sekolah dan berlangsung seumur hidup. Sedangkan tujuan pendidikan
sebagaimana dikemukakan dalam GBHN adalah: “Untuk meningkatkan ketaqwaan
terhadap Tuhan Yang Maha Esa, kecerdasan, keterampilan, mempertinggi budi
pekerti, memperkuat kepribadian, mempertebal semangat kebangsaan dan cinta
tanah air, agar dapat menumbuhkan manusia-manusia pembangunan yang dapat
membangun dirinya sendiri serta bersama-sama bertanggung jawab atas pembangunan
bangsa”. Dan pengertian dan tujuan di atas, jelas bahwa yang menjadi tujuan
inti dari pendidikan adalah perkembangan kepribadian secara optimal dan setiap
anak didik sebagai pribadi. Dengan demikian setiap kegiatan proses
pendidikan diarahkan kepada tercapainya pribadi-pribadi yang berkembang optimal
sesuai dengan potensi masing-masing.
Untuk menuju
tercapainya pribadi yang berkembang, maka kegiatan pendidikan hendaknya
bersifat menyeluruh yang tidak hanya berupa kegiatan instruksional
(pengajaran), akan tetapi meliputi kegiatan yang menjamin bahwa setiap anak
didik secara pribadi mendapat layanan sehingga akhirnya dapat berkembang secara
optimal. Kegiatan pendidikan yang diinginkan seperti tersebut di atas, adalah
kegiatan pendidikan yang ditandai dengan pengadministrasian yang baik,
kurikulum beserta proses belajar mengajar yang memadai, dan layanan pribadi
kepada anak didik melalui bimbingan.
Dalam hubungan
inilah bimbingan mempunyai peranan yang amat penting dalam pendidikan, yaitu membantu
setiap pribadi anak didik agar berkembang secara optimal. Dengan demikian
maka hasil pendidikan sesungguhnya akan tercermin pada pribadi anak didik yang
berkembang baik secara akademik, psikologis, maupun sosial.
Kalau kita
menyimak kenyataan yang dihadapi dunia pendidikan di Indonesia pada umumnya,
masih terdapat kecenderungan bahwa pendidikan belum sepenuhnya dapat membantu
perkembangan kepribadian anak didik secara optimal. Secara akademis masih
nampak gejala bahwa anak didik belum mencapai prestasi belajar secara optimal.
Hal ini nampak antara lain dalam gejala-gejala: putus sekolah, tinggal
kelas, lambat belajar, berprestasi rendah, kekurang-percayaan masyarakat
terhadap basil pendidikan, dan sebagainya. Secara psikologis masih banyak
adanya gejala-gejala perkembangan kepribadian yang kurang matang, kurang
percaya pada diri sendiri, kecemasan, putus asa, bersikap santai, kurang
responsif, ketergantungan, pribadi yang tidak seimbang, dan
sebagainya. Demikian juga secara sosial ada kecenderungan anak didik belum
memiliki kemampuan penyesuaian sosial secara memadai.
Fakta:
•
Pendidikan belum sepenuhnya
dapat membantu perkembangan kepribadian anak didik secara optimal.
•
Secara akademis masih
nampak gejala bahwa anak didik belum mencapai prestasi belajar secara optimal
pula.
•
Secara psikologis masih
banyak adanya gejala-gejala perkembangan kepribadian yang kurang matang, kurang
percaya pada diri sendiri, kecemasan, putus asa, bersikap santai, kurang
responsif, ketergantungan, pribadi yang tidak seimbang, dan
sebagainya
Salah satu komponen pendidikan
adalah Guru.
Peran guru dalam pendidikan.
•
1) Pengambilan inisiatif,
pengarah dan penilai kegiatan-kegiatan pendidikan. Hal ini berarti bahwa guru
turut serta memikirkan kegiatan-kegiatan pendidikan yang direncanakan serta
nilainya.
•
2) Wakil masyarakat yang
berarti dalam lingkungan sekolah guru menjadi suatu masyarakat. Guru harus mencerminkan
suasana dan kemauan masyarakat dalam arti yang baik.
•
3) Orang yang ahli dalam
mata pelajaran. Bahwa guru bertanggung jawab untuk mewariskan kebudayaan kepada
generasi muda yang berupa pengetahuan, hendaknya akan diajarkannya baik isi
maupun metode.
•
4) Penegak disiplin yaitu
harus menjaga agar tercapai suatu disiplin.
•
5) Pelaksana administrasi
pendidikan Di samping menjadi pengajar, guru pun bertanggung jawab akan
kelancaran jalannya pendidikan. Dia harus mampu melaksanakan kegiatan-kegiatan
administratif.
•
6) Pemimpin generasi muda.
Masa depan generasi muda terletak di tangan guru. Guru berperan sebagai
pemimpin mereka dalam mempersiapkan diri untuk menjadi anggota masyarakat yang
dewasa.
•
7) Penterjemah kepada
masyarakat artinya guru berperan untuk menyampaikan segala perkembangan
kemajuan dunia sekitar kepada masyarakat, khususnya untuk masalah-masalah
pendidikan.
Dilihat dan segi dirinya
sendiri (self oriented), seorang guru harus berperan sebagai:
•
1) Petugas sosial yaitu
seorang yang harus membantu untuk kepentingan masyarakat. Dalam
kegiatan-kegiatan masyarakat guru senantiasa merupakan petugas-petugas yang
dapat dipercaya untuk berpartisipasi di dalamnya.
•
2) Pelajar dan ilmuwan
yaitu sebagai yang senantiasa terus menerus menuntut ilmu pengetahuan. Dengan
berbagai cara setiap saat guru senantiasa belajar untuk mengikuti perkembangan
ilmu pengetahuan. Disamping itu guru menjadi spesialisasi, misalnya seorang
guru matematik akan menjadi wakil dan dunia matematika.
•
3) Orang tua: yaitu
mewakili orang tua murid di sekolah dalam pendidikan anaknya. Sekolah merupakan
lembaga pendidikan sesudah keluarga, sehingga dalam arti luas sekolah dapat
merupakan keluarga di mana guru berperan sebagai orang tua dari siswa-siswanya.
•
4) Pencari teladan : yaitu
yang senantiasa mencarikan teladan yang baik untuk siswa, dan bahkan bagi
seluruh masyarakat. Guru menjadi ukuran bagi norma-norma tingkah laku.
•
5) Pencari keamanan yaitu
yang senantiasa mencarikan rasa aman bagi orang lain (siswa). Guru menjadi
tempat berlindung bagi siswa-siswa untuk memperoleh rasa aman dan puas di
dalamnya.
Guru dilihat secara
psikologis, guru dipandang sebagai:
•
1) Ahli psikologi
pendidikan yaitu petugas psikologi dalam pendidikan, yang melaksanakan tugasnya
atas dasar prinsip-prinsip psikologi.
•
2) Seniman dalam hubungan
antar manusia ( human relation), yaitu orang yang mampu membuat hubungan
antarmanusia untuk tujuan tertentu, dengan menggunakan teknik tertentu,
khususnya dalam kegiatan pendidikan.
•
3) Pembentuk kelompok sebagai
jalan atau alat dalam pendidikan.
•
4) Catalytic agent yaitu
orang yang mempunyai pengaruh dalam menimbulkan pembaharuan. Sering pula
peranan ini disebut sebagai inovator (pembaharu).
•
5) Petugas kesehatan mental
( hygiene worker) yang bertanggung jawab terhadap pembinaan kesehatan mental
khususnya kesehatan mental siswa.
Guru sebagai Direktur Belajar
(Director of Learning )
Dalam proses
belajar mengajar dia tidak hanya memakai pendekatan instruksional tetapi juga
melalui pendekatan pribadi (personal approach) dgn demikian dia dituntut utk
memahami siswa secara mendalam sehingga dia dapat membantu dlm keseluruhan
proses belajarnya. Sbg ‘director of learning’ guru sekaligus berperan sebagai
pembimbing dlm proses belajar siswanya. Yg harus dilakukan guru ialah sbb:
•
1) mengenal dan memahami
setiap siswa baik secara individu maupun
kelompok;
•
2) memberikan
informasi-informasi yang diperlukan dalam proses belajar;
•
3) memberikan kesempatan
yang memadai agar setiap siswa dapat belajar sesuai dengan karakteristik
pribadinya; Uji personalitas.xls Memletics-Learning-Styles-Inventory[1].pdf
•
4) membantu setiap siswa
dalam mengatasi masalah-masalah pribadi yang dihadapinya;
•
5) menilai keberhasilan
setiap langkah kegiatan yang telah dilakukan.
Ada tiga hal pokok yang menjadi
latar belakang perlunya bimbingan dilihat dan segi pendidikan.
•
Pertama adalah
dilihat dan hakikat pendidikan sebagai suatu usaha sadar dalam mengembangkan
kepribadian. Hal ini mengandung implikasi bahwa proses pendidikan menuntut
adanya pendekatan yang lebih luas dari pada sekedar pengajaran. Pendekatan yang
dimaksud adalah pendekatan pribadi melalui layanan bimbingan dan konseling.
•
Kedua, pendidikan
senantiasa berkembang secara dinamis dan karenanya selalu terjadi perubahan
perubahan dan penyesuaian dalam komponen-komponennya. Menghadapi perkembangan
ini para siswa sebagai subjek didik memerlukan bantuan dalam penyesuaian
diri melalui layanan bimbingan.
•
Ketiga pada
hakikatnya guru mempunyai peranan yang tidak hanya sebagai pengajar,tetapi
lebih luas dari itu, yaitu sebagai pendidik. Sebagai pendidik, maka guru
seyogyanya dapat menggunakan pendekatan pribadi dalam mendidik para siswanya.
Pendekatan pribadi ini diwujudkan melalui layanan bimbingan.
•
Latar belakang psikologis
Dalam proses
pendidikan di sekolah, siswa sebagai subjek didik, merupakan pribadi-pribadi
yang unik dengan segala karakteristiknya. Siswa sebagai individu yang dinamis
dan berada dalam proses perkembangan, memiliki kebutuhan dan dinamika dalam
interaksinya dengan lingkungannya. Sebagai pribadi yang unik, terdapat
perbedaan individual antara siswa yang satu dengan lainnya. Di samping itu,
siswa sebagai pelajar, senantiasa terjadi perubahan tingkah laku sebagai hasil
proses belajar.
a) Perkembangan individu:Proses
perkembangan dipengaruhi oleh berbagai faktor baik dan dalam maupun dan luar.
Dan dalam dipengaruhi oleh pembawaan dan kematangan, dan dan luar dipengaruhi
oleh faktor lingkungan. Perkembangan dapat berhasil baik jika faktor-faktor
tersebut dapat saling melengkapi. Untuk mencapai perkembangan yang baik harus
ada asuhan yang terarah. Asuhan dalam perkembangan dengan melalui proses
belajar sering disebut pendidikan.
Pendidikan sebagai salah satu
bentuk lingkungan bertanggung jawab dalam memberikan asuhan terhadap proses
perkembangan individu. Bimbingan dan konseling akan merupakan bantuan individu
di dalam memperoleh penyesuaian diri sesuai dengan tingkat perkembangannya.
Dalam konsepsi tentang tugas perkembangan (developmental task) dikatakan bahwa
setiap periode tertentu terdapat sejumlah tugas-tugas perkembangan yang harus
diselesaikan. Berhasil tidaknya individu dalam menyelesaikan tugas-tugas
tersebut akan berpengaruh bagi perkembangan selanjutnya dalam penyesuaian
dirinya di dalam masyarakat. Melalui layanan bimbingan dan konseling siswa
dibantu agar dapat mencapai tugas-tugas perkembangannya dengan baik.
Dilihat
dari proses dan fase perkembangannya, para siswa berada fase masa remaja
(adolescent). Masa ini ditandai dengan berbagai perubahan menuju kearah
tercapainya kematangan dlm berbagai aspek seperti biologis, intelektual,
emosional, sikap, nilai, dsb. Para siswa yg berada pada masa transisi di akhir
masa anak-anak dan memasuki masa remaja sbg persiapan memasuki dunia dewasa.
Dlm situasi ini siswa akan mengalami berbagai guncangan yang akan mempengaruhi
seluruh pola perilakunya, dan secara langsung atau tdk langsung mempengaruhi
proses belajarnya.
Pelayanan
bimbingan dan konseling merupakan komponen pendidikan yg dapat membantu para
siswa dlm proses perkembangannya. Pemahaman terhadap masalah perkembangan
dengan prinsip-prinsipnya akan merupakan kebutuhan yang mendasar bagi
pelaksanaan pelayanan bimbingan dan konseling.
Masalah Perbedaan Individu (*)
Keunikan dan
individu mengandung anti bahwa tidak ada dua orang individu yang sama persis
di dalam aspek-aspek pribadinya, baik aspek jasmaniah maupun rohaniah.
Individu yang satu berbeda dan individu yang lainnya. Timbulnya perbedaan
individu ini dapat kita kembalikan kepada faktor pembawaan dan lingkungan
sebagai komponen utama bagi terbentuknya keunikan individu. Perbedaan pembawaan
akan memungkinkan perbedaan individu meskipun dengan lingkungan sama. Dan
sebaliknya lingkungan yang berbeda akan memungkinkan timbulnya perbedaan
individu meskipun pembawaannya sama.
Di sekolah
seringkali tampak masalah perbedaan individu ini, misalnya ada siswa yang
sangat cepat dan ada yang lambat belajar, ada yang cerdas, dan ada yang
berbakat dalam bidang tertentu, dan sebagainya. Kenyataan ini akan membawa
konsekwensi bagi pelayanan pendidikan, khususnya yang menyangkut bahan
pelajaran, metode mengajar, alat-alat pelajaran, penilaian, dan pelayanan lain.
Di samping itu, perbedaan perbedaan ini seringkali banyak menimbulkan
masalah-masalah baik bagi siswa itu sendiri maupun bagi lingkungan. Siswa akan
menghadapi kesulitan dalam penyesuaian diri antara keunikan dirinya dengan
tuntutan dalam lingkungannya. Hal ini disebabkan pelayanan pada umumnya program
pendidikan memberikan pelayanan atas dasar ukuran ukuran pada umumnya atau
rata-rata.
Mengingat
bahwa yang menjadi tujuan pendidikan adalah perkembangan yang optimal dan
setiap individu, maka masalah individu ini perlu mendapat perhatian dalam
pelayanan pendidikan. Sekolah hendaknya memberikan bantuan kepada siswa
dalam masalah-masalah sehubungan dengan
perbedaan individu. Dengan kata lain sekolah hendak nya memberikan pelayanan
kepada para siswa secara invidual sesuai dengan keunikan masing-masing.
Usaha melayani siswa secara individual dapat diselenggarakan melalui program
bimbingan dan konseling. Dengan demikian keunikan diri masing-masing siswa itu
tidak banyak menimbulkan masalah yang menghambat mereka dalam seluruh proses
pendidikan.
Beberapa segi perbedaan
individual yang perlu mendapat perhatian ialah perbedaan dalam:
•
1) kecerdasan;
•
2) kecakapan;
•
3) hasil belajar;
•
4) bakat;
•
5) sikap;
•
6) kebiasaan;
•
7) pengetahuan;
•
8) kepribadian;
•
9) cita-cita;
•
10) kebutuhan;
•
11) minat;
•
12) pola-pola dan tempo
perkembangan;
•
13) ciri-ciri jasmaniah;
•
14) latar belakang
lingkungan.
Data tentang
perbedaan-perbedaan tersebut akan besar sekali manfaatnya bagi usaha bantuan
yang diberikan kepada siswa di sekolah.
c. Masalah Kebutuhan Individu
Kebutuhan
merupakan dasar timbulnya tingkah laku individu. Individu bertingkah laku
karena ada dorongan untuk memenuhi kebutuhannya. Pemenuhan kebutuhan ini
sifatnya mendasar bagi kelangsungan hidup individu itu sendiri. Jika individu
berhasil dalam memenuhi kebutuhannya, maka dia akan merasa puas, dan sebaliknya
kegagalan dalam memenuhi kebutuhan ini akan banyak menimbulkan masalah baik
bagi dirinya maupun bagi lingkungan.
Dengan berpegang
kepada prinsip bahwa tingkah laku individu merupakan cara dalam memenuhi
kebutuhannya, maka kegiatan belajar pada hakikatnya merupakan perwujudan usaha
pemenuhan kebutuhan tersebut. Sekolah hendaknya menyadari hal tersebut, baik
dalam mengenal kebutuhan-kebutuhan pada diri siswa, maupun dalam memberikan
bantuan yang sebaik-baiknya dalam usaha memenuhi kebutuhan tersebut. Seperti
telah dikatakan di atas, kegagalan dalam memenuhi kebutuhan ini akan banyak
menimbulkan masalah-masalah bagi dirinya.
Pada umumnya
secara psikologis dikenal ada dua jenis kebutuhan dalam diri individu yaitu
kebutuhan biologis dan kebutuhan sosial/psikologis.
Beberapa diantara
kebutuhan-kebutuhan yang harus kita perhatikan ialah kebutuhan:
•
1) memperoleh kasih sayang;
•
2) memperoleh harga diri;
•
3) untuk memperoleh
pengharapan yang sama;
•
4) ingin dikenal;
•
5) memperoleh prestasi dan
posisi;
•
6) untuk dibutuhkan orang
lain;
•
7) merasa bagian dari
kelompok;
•
8) rasa aman dan
perlindungan diri;
•
9) untuk memperoleh
kemerdekaan diri.
Pengenalan
terhadap jenis dan tingkat kebutuhan siswa sangat diperlukan bagi usaha
membantu mereka. Program bimbingan dan konseling merupakan salah satu usaha
kearah itu.
Masalah Penyesuaian Diri dan
Kelainan Tingkah Laku
Kegiatan atau
tingkah laku pada hakikatnya merupakan cara pernenuhan kebutuhan. Banyak cara
yang dapat ditempuh individu untuk memenuhi kebutuhannya, baik cara-cara yang
wajar maupun yang tidak wajar, cara-cara yang disadari maupun yang tidak
disadari. Yang penting untuk dapat memenuhi kebutuhan ini, individu harus
dapat menyesuaikan antara kebutuhan dengan segala kemungkinan yang ada dalam
lingkungan, disebut sebagai proses penyesuaian diri. Individu harus
menyesuaikan diri dengan berbagai lingkungan baik lingkungan sekolah, rumah
maupun masyarakat.
Proses
penyesuaian diri ini banyak sekali menimbulkan berbagai masalah terutama bagi
diri individu sendiri. Jika individu dapat berhasil memenuhi kebutuhannya
sesuai dengan lingkungannya dan tanpa menimbulkan gangguan atau kerugian bagi
lingkungannya, hal itu disebut “adjusted” atau penyesuaian yang baik. Dan
sebaliknya jika individu gagal dalani proses penyesuaian diri tersebut, disebut
“maladjusted” atau salah suai.
Dalam hal ini
sekolah hendaknya memberikan bantuan agar setiap siswa dapat menyesuaikan diri
dengan baik dan terhindar dan timbulnya gejala-gejala salah suai. Sekolah
hendaknya menempatkan diri sebagai suatu lingkungan yang memberikan
kemudahan-kemudahan untuk tercapainya penyesuaian yang baik.
Di atas telah
dikatakan bahwa jika individu gagal dalam memperoleh penyesuaian diri, maka ia
akan sampai pada suatu situasi salah suai. Gejala-gejala salah suai ini akan dimanifestasikan
dalam bentuk tingkah laku yang kurang wajar atau yang sering disebut sebagai
bentuk kelainan tingkah laku.
Kenyataan
kelainan tingkah laku ini sering tampak seperti tingkah laku agresif, rasa
rendah diri, bersifat bandel, haus perhatian, mencuri dan sebagainya. Gejala-gejala semacam
itu seringkali banyak menimbulkan berbagai masalah. Tentu saja hal itu tidak
dapat dibiarkan terus, karena akan banyak mengganggu baik bagi individu itu
sendiri maupun bagi lingkungan. Mereka yang menunjukkan gejala-gejala
kelainan tingkah laku mempunyai kecenderungan untuk gagal dalam proses
pendidikannya. Oleh karena itu diperlukan adanya suatu usaha nyata untuk
menanggulangi gejala-gejala tersebut. Dalam hubungan ini bimbingan dan
konseling memberikan peranan yang cukup penting.
Masalah Belajar
Dalam
keseluruhan proses pendidikan, kegiatan belajar rnerupakan kegiatan inti.
Sebagaimana telah dikemukakan di atas, pendidikan itu sendiri dapat
diartikan sebagai bantuan perkembangan dengan melalui kegiatan belajar. Secara
psikologis belajar dapat diartikan sebagai suatu proses memperoleh perubahan
tingkah laku untuk memperoleh pola pola respons yang baru yang diperlukan dalam
interaksi dengan lingkungan secara efisien.
Dalam proses
belajar dapat timbul berbagai masalah baik bagi pelajar itu sendiri maupun bagi
pengajar. Beberapa masalah belajar, misalnya bagamana menciptakan kondisi yang
baik agar perbuatan belajar berhasil, memilih metode dan alat-alat yang tepat
sesuai dengan jenis dan situasi belajar, membuat rencana belajar bagi siswa,
menyesuaikan proses belajar dengan keunikan siswa, penilaian hasil belajar,
diagnosis kesulitan belajar, dan sebagainya. Bagi siswa sendiri,
masalah-masalah belajar yang mungkin timbul misalnya pengaturan waktu belajar,
memilih cara belajar, menggunakan buku-buku pelajaran, belajar berkelompok,
mempersiapkan ujian, memilih mata kuliah yang cocok, dsb
Jadi jelas
bahwa dalam kegiatan belajar ini banyak masalah-masalah yang timbul terutama
yang dirasakan oleh si pelajar. Sekolah mempunyai tanggung jawab yang besar
dalam membantu siswa agar mereka berhasil dalam belajar. Untuk itu hendaknya
sekolah memberikan bantuan kepada siswa dalam mengatasi masalah-masalah yang
timbul dalam kegiatan belajar. Di sinilah letak penting dan perlunya program
bimbingan dan konseling untuk rnembantu agar mereka berhasil dalam belajar.
Kesimpulan
Uraian di
atas, menjelaskan bahwa perlunya layanan bimbingan di sekolah adalah
berlatarbelakangkan tiga aspek. Pertama adalah aspek lingkungan, khususnya
lingkungan. sosial kultural, yang secara langsung ataupun tidak langsung
mempengaruhi individu siswa sebagai subjek didik, dan sekolah sebagai lembaga
pendidikan. Sebagai akibat dari lingkungan pengaruh sosial-kultural ini, maka individu
memerlukan adanya bantuan dalam perkembangannya, dan sekolahpun memerlukan
pendekatan khusus. Bantuan dan pendekatan yang diperlukan adalah layanan bimbingan
dan konseling.
Aspek yang
kedua adalah lembaganya itu sendiri yaitu pendidikan yang mempunyai
tanggung jawab untuk mengembangkan kepribadian subjek didik. Pendidikan yang
baik adalah pendidikan yang dilaksanakan secara tuntas baik dalam proses
kegiatannya maupun tindak dan para pelaksana nya yaitu guru sebagai pendidik.
Untuk menuntaskan pendidikan, diperlu kan adanya layanan bimbingan dan
konseling.
Aspek
ketiga adalah yang menyangkut segi subjek didik sebagai pribadi yang unik,
dinamik dan berkembang, memerlukan pendekatan dan bantuan yang khusus melalui
layanan bimbingan dan konseling.
Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa aspek lingkungan (sosial kultural) pendidikan, dan siswa (psikologis)
merupakan latar belakang perlunya layanan bimbingan dan konseling di sekolah.
Setelah kita mendiskusikan beberapa hal di
atas, jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut secara ringkas.
1) Berikan penjelasan, apakah yang dimaksud dengan:
a. latar belakang sosial-kultural
b. latar belakang pedagogis.
c. latar belakang psikologis.
d. guru sebagai direktur belajar.
e. guru sebagai pelajar dan ilmuwan.
f. gejala salah suai.
2) Perkembangan teknologi banyak memberikan kemudahan-kemudahan bagi
individu, akan tetapi dapat pula menimbulkan masalah-masalah. Jelaskan maksud pernyataan
tersebut, dan berikan contohnya.
3) Siswa SMP yang baru masuk pada hakikatnya berada pada masa peralihan
lingkungan
pendidikan yaitu dan lingkungan
SD ke lingkungan SMP. Dalam situasi ini siswa baru
harus menyesuaikan diri dengan
lingkungannya yang baru.
a. Berikan contoh hal-hal yang bersitat baru di SMP, sehingga para siswa
perlu
menyesuaikan diri.
b. Mengapa untuk hal itu siswa memerlukan bantuan?
c. Berikan contoh upaya-upaya membantu mereka.
4) Berikan beberapa contoh konkret yang menunjukkan bahwa antarsiswa
terdapat
perbedaan dalam beberapa aspek.
Apa yang dapat dilakukan sehubungan dengan
adanya perbedaan tersebut?
5) Dikatakan bahwa tingkah laku terjadi karena adanya kebutuhan. Coba Anda
diskusikan dengan beberapa teman Anda (sbg siswa), kebutuhan-kebutuhan apakah
yang mendorong mereka memasuki sekolah (SMTP). Bagaimana kesimpulan Anda, dan
apa yang sebaiknya Anda lakukan
Rangkuman
•
Perlunya layanan bimbingan dan konseling di
sekolah tidak terlepas kaitannya dengan beberapa aspek yang menjadi latar
belakangnya, yaitu aspek sosial-kultural, pedagogis, dan psikologis. Latar
belakang sosial-kultural berhubungan dengan masalah perkembangan sosial yang
juga erat kaitannya dengan perkembangan kebudayaan khususnya ilmu pengetahuan
dan teknologi. Perkembangan tersebut mempengaruhi sekolah sebagai lembaga
pendidikan dan juga mempengaruhi siswa sebagai individu. Latar belakang
pedagogis berhubungan dengan masalah hakikat pendidikan sebagai usaha
mengembangkan kepribadian, dinamika dan perkembangan kepribadian, dan hakikat
peranan guru sebagai pendidik. Hal itu berkaitan erat dengan perlunya layanan
pribadi para siswa dalam upaya mencapai perkembangan optimal.
•
Latar belakang psikologis, berhubungan dengan
hakikat siswa sebagai pribadi yang unik, dinamik dan berkembang, dalam upaya
mencapai perwujudan diri. Secara psikologis setiap siswa memerlukan adanya
layanan yang bertitik tolak dari kondisi keunikan masing-masing.
•
Ketiga hal di atas, menuntut adanya layanan
bimbingan dan konseling sebagai salah satu unsur dalam keseluruhan pendidikan
di sekolah.
No comments:
Post a Comment