Translate

Tuesday, May 1, 2012

Konsep dasar Bimbingan dan konseling


BIMBINGAN KONSELING

Konsep dasar Bimbingan dan konseling
Bimbingan dan konseling merupakan salah satu komponen dlm keseluruhan sistem pendidikan khususnya di sekolah; guru sbg salah satu pendukung unsur pelaksana pendidikan yang mempunyai tanggung jawab sebagai pendukung pelaksana layanan bimbingan pendidikan di sekolah, dituntut untuk memiliki wawasan yang memadai terhadap konsep-konsep dasar bimbingan dan konseling di sekolah.


Lingkup bahasan
          Latar belakang berbagai aspek yang berkaitan dengan perlunya layanan bimbingan di sekolah
        Latar belakang sosial kultural
        Latar belakang pedagogis
        Latar belakang psikologis
          Pengertian, prinsip dan asas bimbingan dan konseling di sekolah.
          Fungsi, sasaran, dan ruang lingkup layanan bimbingan dan konseling di sekolah.
LATAR BELAKANG BIMBINGAN DAN KONSELING
          Latar belakang sosio-kultural
Perkembangan zaman (globalisasi) menimbulkan perubahan dan kemajuan dalam masyarakat.  Aspek perubahan meliputi: sosial, politik, ekonomi, industri, informasi dsb. Akibatnya ialah berbagai permasalahan yang dihadapi oleh individu, misalnya, pengangguran, syarat-syarat pekerjaan, penyesuaian diri, jenis dan kesempatan pendidikan, perencanaan dan pemilihan pendidikan, masalah hubungan sosial, masalah keluarga, keuangan, masalah pribadi, dsb. Walaupun pada umumnya masing-masing individu berhasil mengatasi dengan sempurna, sebagian lain masih perlu mendapatkan bantuan.  
Tanggung jawab sekolah ialah membantu para siswa baik sbg pribadi maupun sbg calon anggota masyarakat, dengan mendidik dan menyiapkan siswa agar berhasil menyesuaikan diri di masyarakat dan mampu menyelesaikan berbagai masalah yang dihadapinya.
Program bimbingan dan konseling membantu berhasilnya program pendidikan pada umumnya  
          Latar belakang pedagogis
Sesuai dengan kebijaksanaan pemerintah, pendidikan diartikan sebagai suatu usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian yang berlangsung di sekolah maupun di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Sedangkan tujuan pendidikan sebagaimana dikemukakan dalam GBHN adalah: “Untuk meningkatkan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, kecerdasan, keterampilan, mempertinggi budi pekerti, memperkuat kepribadian, mempertebal semangat kebangsaan dan cinta tanah air, agar dapat menumbuhkan manusia-manusia pembangunan yang dapat membangun dirinya sendiri serta bersama-sama bertanggung jawab atas pembangunan bangsa”. Dan pengertian dan tujuan di atas, jelas bahwa yang menjadi tujuan inti dari pendidikan adalah perkembangan kepribadian secara optimal dan setiap anak didik sebagai pribadi. Dengan demikian setiap kegiatan proses pendidikan diarahkan kepada tercapainya pribadi-pribadi yang berkembang optimal sesuai dengan potensi masing-masing.
Untuk menuju tercapainya pribadi yang berkembang, maka kegiatan pendidikan hendaknya bersifat menyeluruh yang tidak hanya berupa kegiatan instruksional (pengajaran), akan tetapi meliputi kegiatan yang menjamin bahwa setiap anak didik secara pribadi mendapat layanan sehingga akhirnya dapat berkembang secara optimal. Kegiatan pendidikan yang diinginkan seperti tersebut di atas, adalah kegiatan pendidikan yang ditandai dengan pengadministrasian yang baik, kurikulum beserta proses belajar mengajar yang memadai, dan layanan pribadi kepada anak didik melalui bimbingan.
    
Dalam hubungan inilah bimbingan mempunyai peranan yang amat penting dalam pendidikan, yaitu membantu setiap pribadi anak didik agar berkembang secara optimal. Dengan demikian maka hasil pendidikan sesungguhnya akan tercermin pada pribadi anak didik yang berkembang baik secara akademik, psikologis, maupun sosial.
Kalau kita menyimak kenyataan yang dihadapi dunia pendidikan di Indonesia pada umumnya, masih terdapat kecenderungan bahwa pendidikan belum sepenuhnya dapat membantu perkembangan kepribadian anak didik secara optimal. Secara akademis masih nampak gejala bahwa anak didik belum mencapai prestasi belajar secara optimal. Hal ini nampak antara lain dalam gejala-gejala: putus sekolah, tinggal kelas, lambat belajar, berprestasi rendah, kekurang-percayaan masyarakat terhadap basil pendidikan, dan sebagainya. Secara psikologis masih banyak adanya gejala-gejala perkembangan kepribadian yang kurang matang, kurang percaya pada diri sendiri, kecemasan, putus asa, bersikap santai, kurang responsif, ketergantungan, pribadi yang tidak seimbang, dan sebagainya. Demikian juga secara sosial ada kecenderungan anak didik belum memiliki kemampuan penyesuaian sosial secara memadai.
Fakta:
          Pendidikan belum sepenuhnya dapat membantu perkembangan kepribadian anak didik secara optimal.
          Secara akademis masih nampak gejala bahwa anak didik belum mencapai prestasi belajar secara optimal pula.
          Secara psikologis masih banyak adanya gejala-gejala perkembangan kepribadian yang kurang matang, kurang percaya pada diri sendiri, kecemasan, putus asa, bersikap santai, kurang responsif, ketergantungan, pribadi yang tidak seimbang, dan sebagainya

Salah satu komponen pendidikan adalah Guru.
Peran guru dalam pendidikan.
          1) Pengambilan inisiatif, pengarah dan penilai kegiatan-kegiatan pendidikan. Hal ini berarti bahwa guru turut serta memikirkan kegiatan-kegiatan pendidikan yang direncanakan serta nilainya.
          2) Wakil masyarakat yang berarti dalam lingkungan sekolah guru menjadi suatu masyarakat. Guru harus mencerminkan suasana dan kemauan masyarakat dalam arti yang baik.
          3) Orang yang ahli dalam mata pelajaran. Bahwa guru bertanggung jawab untuk mewariskan kebudayaan kepada generasi muda yang berupa pengetahuan, hendaknya akan diajarkannya baik isi maupun metode.
          4) Penegak disiplin yaitu harus menjaga agar tercapai suatu disiplin.
          5) Pelaksana administrasi pendidikan Di samping menjadi pengajar, guru pun bertanggung jawab akan kelancaran jalannya pendidikan. Dia harus mampu melaksanakan kegiatan-kegiatan administratif.
          6) Pemimpin generasi muda. Masa depan generasi muda terletak di tangan guru. Guru berperan sebagai pemimpin mereka dalam mempersiapkan diri untuk menjadi anggota masyarakat yang dewasa.
          7) Penterjemah kepada masyarakat artinya guru berperan untuk menyampaikan segala perkembangan kemajuan dunia sekitar kepada masyarakat, khususnya untuk masalah-masalah pendidikan.
Dilihat dan segi dirinya sendiri (self oriented), seorang guru harus berperan sebagai:
          1) Petugas sosial yaitu seorang yang harus membantu untuk kepentingan masyarakat. Dalam kegiatan-kegiatan masyarakat guru senantiasa merupakan petugas-petugas yang dapat dipercaya untuk berpartisipasi di dalamnya.
          2) Pelajar dan ilmuwan yaitu sebagai yang senantiasa terus menerus menuntut ilmu pengetahuan. Dengan berbagai cara setiap saat guru senantiasa belajar untuk mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan. Disamping itu guru menjadi spesialisasi, misalnya seorang guru matematik akan menjadi wakil dan dunia matematika.
          3) Orang tua: yaitu mewakili orang tua murid di sekolah dalam pendidikan anaknya. Sekolah merupakan lembaga pendidikan sesudah keluarga, sehingga dalam arti luas sekolah dapat merupakan keluarga di mana guru berperan sebagai orang tua dari siswa-siswanya.
          4) Pencari teladan : yaitu yang senantiasa mencarikan teladan yang baik untuk siswa, dan bahkan bagi seluruh masyarakat. Guru menjadi ukuran bagi norma-norma tingkah laku.
          5) Pencari keamanan yaitu yang senantiasa mencarikan rasa aman bagi orang lain (siswa). Guru menjadi tempat berlindung bagi siswa-siswa untuk memperoleh rasa aman dan puas di dalamnya.
Guru dilihat secara psikologis, guru dipandang sebagai:
          1) Ahli psikologi pendidikan yaitu petugas psikologi dalam pendidikan, yang melaksanakan tugasnya atas dasar prinsip-prinsip psikologi.
          2) Seniman dalam hubungan antar manusia ( human relation), yaitu orang yang mampu membuat hubungan antarmanusia untuk tujuan tertentu, dengan menggunakan teknik tertentu, khususnya dalam kegiatan pendidikan.
          3) Pembentuk kelompok sebagai jalan atau alat dalam pendidikan.
          4) Catalytic agent yaitu orang yang mempunyai pengaruh dalam menimbulkan pembaharuan. Sering pula peranan ini disebut sebagai inovator (pembaharu).
          5) Petugas kesehatan mental ( hygiene worker) yang bertanggung jawab terhadap pembinaan kesehatan mental khususnya kesehatan mental siswa.
Guru sebagai Direktur Belajar (Director of Learning )
Dalam proses belajar mengajar dia tidak hanya memakai pendekatan instruksional tetapi juga melalui pendekatan pribadi (personal approach) dgn demikian dia dituntut utk memahami siswa secara mendalam sehingga dia dapat membantu dlm keseluruhan proses belajarnya. Sbg ‘director of learning’ guru sekaligus berperan sebagai pembimbing dlm proses belajar siswanya. Yg harus dilakukan guru ialah sbb:
          1) mengenal dan memahami setiap siswa baik secara individu  maupun kelompok;
          2) memberikan informasi-informasi yang diperlukan dalam proses belajar;
          3) memberikan kesempatan yang memadai agar setiap siswa dapat belajar sesuai dengan karakteristik pribadinya; Uji personalitas.xls Memletics-Learning-Styles-Inventory[1].pdf
          4) membantu setiap siswa dalam mengatasi masalah-masalah pribadi yang dihadapinya;
          5) menilai keberhasilan setiap langkah kegiatan yang telah dilakukan.
Ada tiga hal pokok yang menjadi latar belakang perlunya bimbingan dilihat dan segi pendidikan.
          Pertama adalah dilihat dan hakikat pendidikan sebagai suatu usaha sadar dalam mengembangkan kepribadian. Hal ini mengandung implikasi bahwa proses pendidikan menuntut adanya pendekatan yang lebih luas dari pada sekedar pengajaran. Pendekatan yang dimaksud adalah pendekatan pribadi melalui layanan bimbingan dan konseling.
          Kedua, pendidikan senantiasa berkembang secara dinamis dan karenanya selalu terjadi perubahan perubahan dan penyesuaian dalam komponen-komponennya. Menghadapi perkembangan ini para siswa sebagai subjek didik memerlukan bantuan dalam penyesuaian diri melalui layanan bimbingan.
          Ketiga pada hakikatnya guru mempunyai peranan yang tidak hanya sebagai pengajar,tetapi lebih luas dari itu, yaitu sebagai pendidik. Sebagai pendidik, maka guru seyogyanya dapat menggunakan pendekatan pribadi dalam mendidik para siswanya. Pendekatan pribadi ini diwujudkan melalui layanan bimbingan.
          Latar belakang psikologis
Dalam proses pendidikan di sekolah, siswa sebagai subjek didik, merupakan pribadi-pribadi yang unik dengan segala karakteristiknya. Siswa sebagai individu yang dinamis dan berada dalam proses perkembangan, memiliki kebutuhan dan dinamika dalam interaksinya dengan lingkungannya. Sebagai pribadi yang unik, terdapat perbedaan individual antara siswa yang satu dengan lainnya. Di samping itu, siswa sebagai pelajar, senantiasa terjadi perubahan tingkah laku sebagai hasil proses belajar.
a) Perkembangan individu:Proses perkembangan dipengaruhi oleh berbagai faktor baik dan dalam maupun dan luar. Dan dalam dipengaruhi oleh pembawaan dan kematangan, dan dan luar dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Perkembangan dapat berhasil baik jika faktor-faktor tersebut dapat saling melengkapi. Untuk mencapai perkembangan yang baik harus ada asuhan yang terarah. Asuhan dalam perkembangan dengan melalui proses belajar sering disebut pendidikan.
              Pendidikan sebagai salah satu bentuk lingkungan bertanggung jawab dalam memberikan asuhan terhadap proses perkembangan individu. Bimbingan dan konseling akan merupakan bantuan individu di dalam memperoleh penyesuaian diri sesuai dengan tingkat perkembangannya. Dalam konsepsi tentang tugas perkembangan (developmental task) dikatakan bahwa setiap periode tertentu terdapat sejumlah tugas-tugas perkembangan yang harus diselesaikan. Berhasil tidaknya individu dalam menyelesaikan tugas-tugas tersebut akan berpengaruh bagi perkembangan selanjutnya dalam penyesuaian dirinya di dalam masyarakat. Melalui layanan bimbingan dan konseling siswa dibantu agar dapat mencapai tugas-tugas perkembangannya dengan baik.
    Dilihat dari proses dan fase perkembangannya, para siswa berada fase masa remaja (adolescent). Masa ini ditandai dengan berbagai perubahan menuju kearah tercapainya kematangan dlm berbagai aspek seperti biologis, intelektual, emosional, sikap, nilai, dsb. Para siswa yg berada pada masa transisi di akhir masa anak-anak dan memasuki masa remaja sbg persiapan memasuki dunia dewasa. Dlm situasi ini siswa akan mengalami berbagai guncangan yang akan mempengaruhi seluruh pola perilakunya, dan secara langsung atau tdk langsung mempengaruhi proses belajarnya.
Pelayanan bimbingan dan konseling merupakan komponen pendidikan yg dapat membantu para siswa dlm proses perkembangannya. Pemahaman terhadap masalah perkembangan dengan prinsip-prinsipnya akan merupakan kebutuhan yang mendasar bagi pelaksanaan pelayanan bimbingan dan konseling. 
Masalah Perbedaan Individu (*)
Keunikan dan individu mengandung anti bahwa tidak ada dua orang individu yang sama persis di dalam aspek-aspek pribadinya, baik aspek jasmaniah maupun rohaniah. Individu yang satu berbeda dan individu yang lainnya. Timbulnya perbedaan individu ini dapat kita kembalikan kepada faktor pembawaan dan lingkungan sebagai komponen utama bagi terbentuknya keunikan individu. Perbedaan pembawaan akan memungkinkan perbedaan individu meskipun dengan lingkungan sama. Dan sebaliknya lingkungan yang berbeda akan memungkinkan timbulnya perbedaan individu meskipun pembawaannya sama.
Di sekolah seringkali tampak masalah perbedaan individu ini, misalnya ada siswa yang sangat cepat dan ada yang lambat belajar, ada yang cerdas, dan ada yang berbakat dalam bidang tertentu, dan sebagainya. Kenyataan ini akan membawa konsekwensi bagi pelayanan pendidikan, khususnya yang menyangkut bahan pelajaran, metode mengajar, alat-alat pelajaran, penilaian, dan pelayanan lain. Di samping itu, perbedaan perbedaan ini seringkali banyak menimbulkan masalah-masalah baik bagi siswa itu sendiri maupun bagi lingkungan. Siswa akan menghadapi kesulitan dalam penyesuaian diri antara keunikan dirinya dengan tuntutan dalam lingkungannya. Hal ini disebabkan pelayanan pada umumnya program pendidikan memberikan pelayanan atas dasar ukuran ukuran pada umumnya atau rata-rata.
Mengingat bahwa yang menjadi tujuan pendidikan adalah perkembangan yang optimal dan setiap individu, maka masalah individu ini perlu mendapat perhatian dalam pelayanan pendidikan. Sekolah hendaknya memberikan bantuan kepada siswa dalam  masalah-masalah sehubungan dengan perbedaan individu. Dengan kata lain sekolah hendak nya memberikan pelayanan kepada para siswa secara invidual sesuai dengan keunikan masing-masing. Usaha melayani siswa secara individual dapat diselenggarakan melalui program bimbingan dan konseling. Dengan demikian keunikan diri masing-masing siswa itu tidak banyak menimbulkan masalah yang menghambat mereka dalam seluruh proses pendidikan. 
Beberapa segi perbedaan individual yang perlu mendapat perhatian ialah perbedaan dalam:
          1) kecerdasan;
          2) kecakapan;
          3) hasil belajar;
          4) bakat;
          5) sikap;
          6) kebiasaan;
          7) pengetahuan;
          8) kepribadian;
          9) cita-cita;
          10) kebutuhan;
          11) minat;
          12) pola-pola dan tempo perkembangan;
          13) ciri-ciri jasmaniah;
          14) latar belakang lingkungan.
Data tentang perbedaan-perbedaan tersebut akan besar sekali manfaatnya bagi usaha bantuan yang diberikan kepada siswa di sekolah.
c. Masalah Kebutuhan Individu
Kebutuhan merupakan dasar timbulnya tingkah laku individu. Individu bertingkah laku karena ada dorongan untuk memenuhi kebutuhannya. Pemenuhan kebutuhan ini sifatnya mendasar bagi kelangsungan hidup individu itu sendiri. Jika individu berhasil dalam memenuhi kebutuhannya, maka dia akan merasa puas, dan sebaliknya kegagalan dalam memenuhi kebutuhan ini akan banyak menimbulkan masalah baik bagi dirinya maupun bagi lingkungan.
Dengan berpegang kepada prinsip bahwa tingkah laku individu merupakan cara dalam memenuhi kebutuhannya, maka kegiatan belajar pada hakikatnya merupakan perwujudan usaha pemenuhan kebutuhan tersebut. Sekolah hendaknya menyadari hal tersebut, baik dalam mengenal kebutuhan-kebutuhan pada diri siswa, maupun dalam memberikan bantuan yang sebaik-baiknya dalam usaha memenuhi kebutuhan tersebut. Seperti telah dikatakan di atas, kegagalan dalam memenuhi kebutuhan ini akan banyak menimbulkan masalah-masalah bagi dirinya.
Pada umumnya secara psikologis dikenal ada dua jenis kebutuhan dalam diri individu yaitu kebutuhan biologis dan kebutuhan sosial/psikologis.
Beberapa diantara kebutuhan-kebutuhan yang harus kita perhatikan ialah kebutuhan:
          1) memperoleh kasih sayang;
          2) memperoleh harga diri;
          3) untuk memperoleh pengharapan yang sama;
          4) ingin dikenal;
          5) memperoleh prestasi dan posisi;
          6) untuk dibutuhkan orang lain;
          7) merasa bagian dari kelompok;
          8) rasa aman dan perlindungan diri;
          9) untuk memperoleh kemerdekaan diri.
Pengenalan terhadap jenis dan tingkat kebutuhan siswa sangat diperlukan bagi usaha membantu mereka. Program bimbingan dan konseling merupakan salah satu usaha kearah itu.
Masalah Penyesuaian Diri dan Kelainan Tingkah Laku
Kegiatan atau tingkah laku pada hakikatnya merupakan cara pernenuhan kebutuhan. Banyak cara yang dapat ditempuh individu untuk memenuhi kebutuhannya, baik cara-cara yang wajar maupun yang tidak wajar, cara-cara yang disadari maupun yang tidak disadari. Yang penting untuk dapat memenuhi kebutuhan ini, individu harus dapat menyesuaikan antara kebutuhan dengan segala kemungkinan yang ada dalam lingkungan, disebut sebagai proses penyesuaian diri. Individu harus menyesuaikan diri dengan berbagai lingkungan baik lingkungan sekolah, rumah maupun masyarakat.
Proses penyesuaian diri ini banyak sekali menimbulkan berbagai masalah terutama bagi diri individu sendiri. Jika individu dapat berhasil memenuhi kebutuhannya sesuai dengan lingkungannya dan tanpa menimbulkan gangguan atau kerugian bagi lingkungannya, hal itu disebut “adjusted” atau penyesuaian yang baik. Dan sebaliknya jika individu gagal dalani proses penyesuaian diri tersebut, disebut “maladjusted” atau salah suai.
Dalam hal ini sekolah hendaknya memberikan bantuan agar setiap siswa dapat menyesuaikan diri dengan baik dan terhindar dan timbulnya gejala-gejala salah suai. Sekolah hendaknya menempatkan diri sebagai suatu lingkungan yang memberikan kemudahan-kemudahan untuk tercapainya penyesuaian yang baik.
Di atas telah dikatakan bahwa jika individu gagal dalam memperoleh penyesuaian diri, maka ia akan sampai pada suatu situasi salah suai. Gejala-gejala salah suai ini akan dimanifestasikan dalam bentuk tingkah laku yang kurang wajar atau yang sering disebut sebagai bentuk kelainan tingkah laku.
Kenyataan kelainan tingkah laku ini sering tampak seperti tingkah laku agresif, rasa rendah diri, bersifat bandel, haus perhatian, mencuri dan sebagainya. Gejala-gejala semacam itu seringkali banyak menimbulkan berbagai masalah. Tentu saja hal itu tidak dapat dibiarkan terus, karena akan banyak mengganggu baik bagi individu itu sendiri maupun bagi lingkungan. Mereka yang menunjukkan gejala-gejala kelainan tingkah laku mempunyai kecenderungan untuk gagal dalam proses pendidikannya. Oleh karena itu diperlukan adanya suatu usaha nyata untuk menanggulangi gejala-gejala tersebut. Dalam hubungan ini bimbingan dan konseling memberikan peranan yang cukup penting.
Masalah Belajar
Dalam keseluruhan proses pendidikan, kegiatan belajar rnerupakan kegiatan inti. Sebagaimana telah dikemukakan di atas, pendidikan itu sendiri dapat diartikan sebagai bantuan perkembangan dengan melalui kegiatan belajar. Secara psikologis belajar dapat diartikan sebagai suatu proses memperoleh perubahan tingkah laku untuk memperoleh pola pola respons yang baru yang diperlukan dalam interaksi dengan lingkungan secara efisien.
Dalam proses belajar dapat timbul berbagai masalah baik bagi pelajar itu sendiri maupun bagi pengajar. Beberapa masalah belajar, misalnya bagamana menciptakan kondisi yang baik agar perbuatan belajar berhasil, memilih metode dan alat-alat yang tepat sesuai dengan jenis dan situasi belajar, membuat rencana belajar bagi siswa, menyesuaikan proses belajar dengan keunikan siswa, penilaian hasil belajar, diagnosis kesulitan belajar, dan sebagainya. Bagi siswa sendiri, masalah-masalah belajar yang mungkin timbul misalnya pengaturan waktu belajar, memilih cara belajar, menggunakan buku-buku pelajaran, belajar berkelompok, mempersiapkan ujian, memilih mata kuliah yang cocok, dsb

Jadi jelas bahwa dalam kegiatan belajar ini banyak masalah-masalah yang timbul terutama yang dirasakan oleh si pelajar. Sekolah mempunyai tanggung jawab yang besar dalam membantu siswa agar mereka berhasil dalam belajar. Untuk itu hendaknya sekolah memberikan bantuan kepada siswa dalam mengatasi masalah-masalah yang timbul dalam kegiatan belajar. Di sinilah letak penting dan perlunya program bimbingan dan konseling untuk rnembantu agar mereka berhasil dalam belajar.
Kesimpulan
Uraian di atas, menjelaskan bahwa perlunya layanan bimbingan di sekolah adalah berlatarbelakangkan tiga aspek. Pertama adalah aspek lingkungan, khususnya lingkungan. sosial kultural, yang secara langsung ataupun tidak langsung mempengaruhi individu siswa sebagai subjek didik, dan sekolah sebagai lembaga pendidikan. Sebagai akibat dari lingkungan pengaruh sosial-kultural ini, maka individu memerlukan adanya bantuan dalam perkembangannya, dan sekolahpun memerlukan pendekatan khusus. Bantuan dan pendekatan yang diperlukan adalah layanan bimbingan dan konseling.
Aspek yang kedua adalah lembaganya itu sendiri yaitu pendidikan yang mempunyai tanggung jawab untuk mengembangkan kepribadian subjek didik. Pendidikan yang baik adalah pendidikan yang dilaksanakan secara tuntas baik dalam proses kegiatannya maupun tindak dan para pelaksana nya yaitu guru sebagai pendidik. Untuk menuntaskan pendidikan, diperlu kan adanya layanan bimbingan dan konseling.
Aspek ketiga adalah yang menyangkut segi subjek didik sebagai pribadi yang unik, dinamik dan berkembang, memerlukan pendekatan dan bantuan yang khusus melalui layanan bimbingan dan konseling.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa aspek lingkungan (sosial  kultural) pendidikan, dan siswa (psikologis) merupakan latar belakang perlunya layanan bimbingan dan konseling di sekolah.
Setelah kita mendiskusikan beberapa hal di atas, jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut secara ringkas.
1) Berikan penjelasan, apakah yang dimaksud dengan:
a. latar belakang sosial-kultural
b. latar belakang pedagogis.
c. latar belakang psikologis.
d. guru sebagai direktur belajar.
e. guru sebagai pelajar dan ilmuwan.
f. gejala salah suai.
2) Perkembangan teknologi banyak memberikan kemudahan-kemudahan bagi individu, akan tetapi dapat pula menimbulkan masalah-masalah. Jelaskan maksud pernyataan tersebut, dan berikan contohnya.
3) Siswa SMP yang baru masuk pada hakikatnya berada pada masa peralihan lingkungan
    pendidikan yaitu dan lingkungan SD ke lingkungan SMP. Dalam situasi ini siswa baru
    harus menyesuaikan diri dengan lingkungannya yang baru.
a. Berikan contoh hal-hal yang bersitat baru di SMP, sehingga para siswa perlu
    menyesuaikan diri.
b. Mengapa untuk hal itu siswa memerlukan bantuan?
c. Berikan contoh upaya-upaya membantu mereka.
4) Berikan beberapa contoh konkret yang menunjukkan bahwa antarsiswa terdapat
    perbedaan dalam beberapa aspek. Apa yang dapat dilakukan sehubungan dengan
    adanya perbedaan tersebut?
5) Dikatakan bahwa tingkah laku terjadi karena adanya kebutuhan. Coba Anda diskusikan dengan beberapa teman Anda (sbg siswa), kebutuhan-kebutuhan apakah yang mendorong mereka memasuki sekolah (SMTP). Bagaimana kesimpulan Anda, dan apa yang sebaiknya Anda lakukan

Rangkuman
          Perlunya layanan bimbingan dan konseling di sekolah tidak terlepas kaitannya dengan beberapa aspek yang menjadi latar belakangnya, yaitu aspek sosial-kultural, pedagogis, dan psikologis. Latar belakang sosial-kultural berhubungan dengan masalah perkembangan sosial yang juga erat kaitannya dengan perkembangan kebudayaan khususnya ilmu pengetahuan dan teknologi. Perkembangan tersebut mempengaruhi sekolah sebagai lembaga pendidikan dan juga mempengaruhi siswa sebagai individu. Latar belakang pedagogis berhubungan dengan masalah hakikat pendidikan sebagai usaha mengembangkan kepribadian, dinamika dan perkembangan kepribadian, dan hakikat peranan guru sebagai pendidik. Hal itu berkaitan erat dengan perlunya layanan pribadi para siswa dalam upaya mencapai perkembangan optimal.
          Latar belakang psikologis, berhubungan dengan hakikat siswa sebagai pribadi yang unik, dinamik dan berkembang, dalam upaya mencapai perwujudan diri. Secara psikologis setiap siswa memerlukan adanya layanan yang bertitik tolak dari kondisi keunikan masing-masing.
          Ketiga hal di atas, menuntut adanya layanan bimbingan dan konseling sebagai salah satu unsur dalam keseluruhan pendidikan di sekolah.

No comments: