Translate

Saturday, November 24, 2012

Tujuan Pendidikan



BAB I
PEMBAHASAN MATERI
A.      Tujuan pendidikan
Tujuan dalam bahasa inggris dikenal dengan “purpose” yang berarti maksud, tujuan, dan kegunaan. Dalam bahasa arab tujuan itu “al-hadf”, seadan dengan kata “al-ghoyah, al-gard, dan al-qsad” yang berarti tujuan dan maksud. Tujuan adalah sasaran atau maksud yang hendak dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam melakukan sesuatu kegiatan. Tujuan adalah dunia cita, yakni suasana ideal yang hendak diwujudkan. Dalam tujuan pendidikan, suasana ideal itu tampak pada tujuan akhir (ultimate aims of education).
Tujuan sebagai dunia kita, kalau sudah ditetapkan, tujuan menjadi ide yang statis, tetapi didalamnya mengandung kualitas tujuan yang dinamis dan nilai-nilainya berkembang. Terlebih tujuan pendidikan yang sarat akan nilai-nilai fundamental, seperti nilai social, nilai ilmiah, nilai moral, dan nilai agama. Dalam hal ini, orang berkeyakinan bahwa pendidikan menyimpan kekuatan yang luar biasa untuk menciptakan keseluruhan aspek lingkungan hidup dan dapat memberikan informasi yang paling berharga mengenai pegangan hidup masa depan di dunia, serta membantu anak didik mempersiapkan kebutuhan esensial dalam menghadapi perubahan.
An-Nahlawi mengatakan, tujuan berbeda dengan hasil. An-Nahlawi mencontohkan, dalam kehidupan manusia yang balig, berakal, dan sadar, biasanya dia berpikir dan mengarah pada suatu tujuan tertentu yang hendak dicapainya dibalik perbuatannya. Contoh, pelajar yang giat belajar sepanjang tahun ajaran, menginginkan lulus ujian, mencapai sarjana, kemudian mencapai status social tertentu, atau memperoleh gaji yang menjadi sumber kehidupannya. Hasil yang dicapai oleh pelajar terseut mungkin sesuai dengan tujuan, mungkin tidak, mungkin pula hanya merealisasikan dari sebagian tujuan itu. Adapun hasilnya adalah apa yang dicapai manusia melalui tingkah laku, baik sesudah merealisasikn tujuan maupun belum. Adapun tujuan adalah sesuatu yang direncanakan oleh manusia, diletakkannya sebagai pusat perhatian, demi merealisasikan dia menata tingkah lakunya.
Secara tidak langsung, tujuan sendiri memberi daya magnet dan penentu terhadap segala aktivitas manusia. sikap dan perilaku manusia itu akan sangat ditentukan oleh tujuannya. Sejumlah pakar manajemen mengatakan, melakukan strategi itu sangat urgen untuk membuktikan target dan tujuan, sedangkan target dan tujuan mesti ada untuk merumuskan langkah. Orang yang berbuat baik memiliki tujuan dengan kebaikannya, sedangkan orang yang jahat memiliki tujuan dengan kejahatannya. Begitupun halnya orang yang diam memiliki tujuan dengan diamnya. Namun, banyak manusia yang terkadang tidak sadar akan tujuannya, berikut tujuan hidupnya. Contoh, orang yang terkena sengatan api, tanpa piker panjang tangannya ditarik dari api itu. Padahal, dia tidak tahu (sadar) apa tujuan menarik tangannya dari panasnya api. Itulah namanya perassaan instingsif (nafsu) untuk hidup, jadi secara fitrah manusia itu ingin hidup memiliki tujuan hidup.
Tujuan itu bagaikan roh (spirit) dalam memengaruhi sikap dan perilaku kehidupan. Hidup akan lebih bermakna jika kita tahu dan sadar akan tujuan hidup kita. Begitupun halnya dengan dunia pendidikan. Pendidikan atau institusi pendidikan yang tanpa tujuan seperti tubuh yang tidak mengenal rohnya, pendidikan tanpa tujuan halnya sebatas merealisasikan “ritual pendidikan” tidak menyentuh pada asas dasar atau hakikat endidikan itu sendiri. Pendidikan yang tidak memiliki tujuan yan gjelas hanya akan menciptakan output pendidikan berupa manusia yang diliputi rasa pesimis, cemas, ragu, dan bergantung pada orang lain.
Tujuan pendidikan adalah sasaran atau targetan yang ingin dicapai melalui proses pendidikan. Istilah-istilah yang digunakan dalam mendefinisikan tujuan pendidikan, berdasarkan pengamatan para pakar penddidikan di antaranya Aims, goals, dan objectives.
1.       Aims, yang berarti maksud, cita-cita, dan tujuan sejati (ultimate) dalam arti luas. Cita-cita atau impian merupakan hal yang sangat urgen untuk merumuskan tujuan pendidikan pada tingkat nasional ataupun kota/daerah, walaupun secara de facto tidak dapat dievaluasi, karena baru berupa ide-ide yang sifatnya perlu penjabaran operasional. Contoh dari bentuk aims ini seperti tujuan pendidikan yang tertera dalam UU RI No. 20 tahun 2003, yang berbunyi  “….bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada tuhan yang maha esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warganegara yang demokratis dan bertanggungjawab.” Rumusan  ini terlalu luas dan umum, sehingga rumit untuk dievaluasi pada proses pencapaiannya. Rumusan tersebut tentunya perlu dijabarkan oleh para stakeholder di daerah atau kota kepada pihak- pihak yerkait agar menjadi konkret dan mudah dioperasionalkan.
2.       goals, yakni maksud atau tujuan pendidikan jangka panjang atau penengah pada tingkat provinsi atau daerah, sebagai usaha untuk menjembatani aplikasi misi pendidikan tingkat Nasional pada tingkat sekolah atau perguruan tinggi likal. Dengan demikian, adanya dewan pendidikan yang dibentuk ditingkat kota atau kabupaten sebagai lembaga yang independen diharapkan mamu mendongkrak pencapaian pendidikan diwilayahnya masing-masing. Melalui otonomi daerah, sector pendidikan ditingkat daerah atau kota menjadi tanggung jawab bupati atau walikota setempat dengan memanfaatkan sumber daya manusia dan sember daya alam yang tersedia. Sebagian para ahli pendidikan juga ada yang berpendapat bahwa aims sama dengan goals, yang memiliki misi bahwa untuk mencapai suatu target diperlukan upaya yang sistemik.
3.       Objectives, yakni tujuan pendidikan yang bersifat spesifik dan konkret, mudah untuk dioperasikan dalam proses belajar-mengajar (PBM). Rumusan pada tujuan ini bahkan sudah menyentuh ada tujuan-tujuan dari setiap mata pelajaran. Akan tetapi, tujuan yang spesifik ini jangan dijabarkan secara sempit, yang mengartikuasikan tujuan ini pada ranah kognitif saja, tetapi mencakup juga ranah afektif dan psikomotor.
Berdasarkan deskripsi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa aims merupakan tujuan jangka panjang, sedangkan goals merupakan tujuan jangka menengah, adapun objective merupakan tujuan jangka pendek. Namun, sebagian para ahli pendidikan berpendapat bahwa aims dan goals merupakan tujuan pendidikan dalam skala umum, sedangkan objectives merupakan tujuan pendidikan dalam skala khusus.
Lengeveld mengemukakan bahwa serangkaian tujuan pendidikan yang saling bertautan sebagai beriut.
1.       Tujuan umum (tujuan lengkap, tujuan total) adalah kedewasaan anak didik. Hal ini berarti bahwa semua aktivitas pendidikan seharusnya diarahkan kesana demi tercapainya tujuan umum terseut.
2.       Tujuan khusus (pengkhususan tujuan umum). Ntuk mencapai tujuan umum, kita perlu juga melewati jalan-jalan yang khusus. Untuk mengkhususkan tujuan umum itu, kita dapat mempergunakan beberapa pandangan dasar sebagai berikut.
a.       Kita harus melihat kemungkinan-kemungkinan, kesanggupan-kesanggupan, pembawaan, umur, dan jenis kelamin anak didik.
b.      Kita harus melihat lingkungan dan keluarga anak didik.
c.       Kita harus melihat tujuan anak didik dalam rangkaian kemasyarakatannya.
d.      Kita harus melihat diri kita sendiri selaku pendidik.
e.      Kita harus melihat tugas lembaga pendidikan dimana hak itu dididik.
f.        Kita harus melihat tugas bangsa dan umat manusia dewasa ini.
Dengan adanya berbagai pandangan dasar kersebut, tujuan umum pendidikan akan memperleh corak yang khusus dengan tidak mengubah sifat tujuan umum.
3.       Tujuan tak lengkah (msaih terpisah-pisah).
Ini adalah tujuan yang berkaitan dengan kepribadian manusia dari satu aspek saja, yang berhubungan dengan nilai-nilai hidup tertentu. Misalnya, kesusilaan, keagamaan, keindahan, kemasyarakatan, pengetahuan, dan sebagainya.
4.       Tujuan sementara adalah titik-titik perhatian sementara sebagai persiapan menuju tujuan umum. Misalnya, membiasakan anak suka kebersihan, berbicara sopan, melatih anak mengerjakan sesuatu yang bermanfaat, dan sebagainya.
5.       Tujuan incidental adalah tujuan yang terpisah dari tujuan umum, tetapi kadang-kadang mengambil bagian dalam menu tujuan umum. Misalnya, anak kadang-kadang kita ajak mekan bersama-sama (karena merasa perlu), tetapi lain kali tidak, dan sebagainya.
6.       Tujuan intermedier adalah tujuan yang berkaitan dengan penguasaan pengetahuan atau keterampilan demi tercapainya tujuan sementara. Misalnya, anak belajar membaca, menulis, berhitung, dan sebagainya.
Pendidikan yang berkualitas dapat diwujudkan jika ditopang oleh beberapa factor berikut.
1.       Tujuan penyelenggaraan pendidikan yang jelas dan bisa dipertanggungjawabkan.
2.       Kurikulum yang mencerdaskan dan berkelanjutan. Kurikulum sejatinya berupa desain atau monster plan pendidikan yang berpihak pada nilai-nilai luhur manusia dan keprigadian bangsa. Kurikulum pendidikan tidak dijadikan lading proyek bagi segelintir orang yang tidak bertanggungjawab untuk mengeruk penghasilan, sehingga terkesan dengan adanya pergantian pemerintahan, berganti pula kebijakan dan arah kurikulum. yang lebih parah lagi jika kurikulum dijadikan saran doktrinasi pemerintah dalam melanggengkan tampuk kekuasaannya.
3.       Kualitas guru yang memadai. Artinya, dalam tataran praksisnya, pendidikan harus dikelola oleh orang-orang yang bertanggungjawab dan professional, serta jumlah guru dengan murid dalam proses pembelajaran.
4.       Sarana dan prasarana yang memadai. Proses pembelajaran akan berjalan dengan efektif dan efisien jika ditunjang oleh fasilitas yang lengkap, sehingga tujuan pendidikan akan diperoleh dengan tidak banyak memakan waktu dan tenaga.
5.       Pengelolaan pendidikan yang baik, transparan, dan akuntabel, sehingga menimbulkan kepercayaan yang tinggi dan pencitraan ositif dari segenap lapisan masyarakat.
B.      Pandangan-pandangan lain.
Pada intinya tujuan pendidikan itu terangkum dalam pengertian pendidikan itu sendiri diantaranya yaitu:
“Pendidikan adalah upaya sadar dan bertanggung jawab yang dilaksanakan secara sistematis  dan bejenjang untuk meningkatkan harkat dan martabat peserta didik dengan cara menumbuhkembangkan  seluruh potensi dan dimensi kepribadian agar ia dapat hidup produktif secara etis berdasarkan nilai-nilai ilahiah dan insaniah”
Dari pengertian pendidikan tersebut dapat kita ketahui bahwa tujuan sebuah pendidikan itu untuk meningkatkan harkat dan martabat peserta didik, jika kita sambungkan dengan pengertian tujuan di atas maka kita tujuan pendidikan itu sasaran atau target untuk meningkatkan harkat dan martabat peserta didik dengan cara menumbuhkembangkan seluruh potensi dan dimensi kepribadian yang dengan itu akan mendapatkan kehidupan produktif secara etis berdasarkan nilai-nilai ilahiah dan insaniah.
Dalam konsep filsafat tujuan itu mempungyai dua kategori, yaitu tujuan sementara dan tujuan akhir. Tujuan sementara berarti sebuah tujuan yang tidak menyeluruh dan bersifat sementara, dapat kita analogikan kedalam kehidupan kita. Seseorang mempunyai sebuah tujuan “jika saya sudah lulus sarjana, saya akan menjadi guru professional atau menjadi presiden, maka tujuannya itu termasuk kategori tujuan sementara karena apabila seseorang telah mencapai apa yang dia inginkan maka orang tersebut cenderung akan menginginkan keinginan yang lain dan akan mengupayakan terwujudnya keinginan yang selanjutnya.
Dan tujuan yang kedua adalah tujuan akhir, sesuatu dapat disebut tujuan akhir apabila tidak ada tujuan lain setelah terpenuhinya tujuan tersebut.
Dalam ranah pendidikan, pendidikan mempunyai tujuan untuk meningkatkan derajat manusia dari asalnya tidak tau menjadi tahu.
Menurut Saifullah (Zuhairini,1991: 18), antara filsafat, filsafat pendidik­an dan teori pendidikan terdapat hubungan yang suplementer: filsafat pendidikan sebagai suatu lapangan studi mengarahkan pusat perhatian dan memusatkan kegiatannya pada dua fungsi tugas normatif ilmiah, yaitu:
kegiatan merumuskan dasar-dasar, tujuan-tujuan pendidik­an, konsep tentang hakikat manusia, serta konsepsi hakikat dan segi pendidikan,
kegiatan merumuskan sistem atau teori pendidikan yang meliputi politik pendidikan, kepemimpinan pendidikan, metodologi pendidikan dan pengajaran, termasuk pola-pola akulturasi dan peranan pendidikan dalam pembangunan masyarakat.


BAB II
KESIMPULAN
Dari pembahasan di atas dapat kita simpulkan bahwa tujuan pendidikan itu berasal dari dua kata yaitu tujuan yang dalam bahasa inggrisnya dikenal dengan sebutan “purpose” yang artinya maksud, keinginan, tujuan dan kata pendidikan yang pengertiannya “upaya sadar dan bertanggung jawab yang dilaksanakan secara sistematis  dan bejenjang untuk meningkatkan harkat dan martabat peserta didik dengan cara menumbuhkembangkan  seluruh potensi dan dimensi kepribadian agar ia dapat hidup produktif secara etis berdasarkan nilai-nilai ilahiah dan insaniah”

Dari sini dapat ditarik garis merahnya, yaitu tujuan pendidikan itu adalah maksud, sasaran, atau keinginan seseorng untuk meningkatkan harkat dan martabat peserta didik dengan cara menumbuhkembangkan seluruh potensi dan dimensi kepribadian yang dengan itu akan mendapatkan kehidupan produktif secara etis berdasarkan nilai-nilai ilahiah dan insaniah.

No comments: