MAKALAH
KEPEMIMPINAN PENDIDIKAN
Makalah ini diajukan untuk
memenuhi sala-satu tugas mata kuliah Pengelolaan Pendidikan yang dibimbing oleh
Dosen Yaya Sunarya M.Pd
Di Susun Oleh :
Kamaludin :
1209203049
Kelas / Smester :
B / III
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA ARAB FAKULTAS TARBIYAH
DAN KEGURUAN
UNVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG
2011
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Menurut kodrat serta irodatnya bahwa manusia dilahirkan untuk menjadi pemimpin.
Sejak Adam diciptakan sebagai manusia pertama dan diturunkan ke Bumi, Ia
ditugasi sebagai Khalifah fil ardhi. Sebagaimana termaktub dalam Al Quran Surat
Al Baqarah ayat 30 yang berbunyi : “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman
kepada Malaikat”; “Sesungguhnya Aku akan mengangkat Adam menjadi Khalifah
di muka Bumi”.
Menurut Bachtiar Surin yang dikutif oleh Maman Ukas bahwa
“Perkataan Khalifah berarti penghubung atau pemimpin yang diserahi untuk
menyampaikan atau memimpin sesuatu”
B. Rumusan Masalah
Dari uraian tersebut jelaslah bahwa
manusia telah dikaruniai sifat dan sekaligus tugas sebagai seorang pemimpin. Pada masa sekarang ini setiap
individu sadar akan pentingnya ilmu sebagai petunjuk/alat/panduan untuk
memimpin umat manusia yang semakin besar jumlahnya serta komplek persoalannya.
Atas dasar kesadaran itulah dan relevan dengan upaya proses pembelajaran yang mewajibkan
kepada setiap umat manusia untuk mencari ilmu. Dengan demikian upaya tersebut
tidak lepas dengan pendidikan, dan tujuan pendidikan tidak akan tercapai secara
optimal tanpa adanya manajemen atau pengelolaan pendidikan yang baik, yang
selanjutnya dalam kegiatan manajemen pendidikan diperlukan adanya pemimpin yang
memiliki kemampuan untuk menjadi seorang pemimpin.
BAB II
TEORI PEMBAHASAN
KEPEMIMPINAN PENDIDIKAN
A. Teori Kepemimpinan
Kepemimpinan adalah rangkaian
kegiatan penataan berupa kemampuan mempengaruhi perilaku orang lain dalam
situasi tertentu agar bersedia bekerjasama untuk mencapai tujuan yang
ditetapkan. Dalam menjalankan kepemimpinannya, seorang pemimpin memiliki
gaya-gaya tersendiri. Gaya (style) adalah suatu cara berperilaku yang
khas dari seorang pemimpin terhadap para anggota kelompoknya.
Kepemimpinan (leadership) adalah
kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin (leader) tentang
bagaimana menjalankan kepemimpinannya (to lead) sehingga bawahan dapat
bergerak sesuai dengan yang diinginkan dalam mencapai tujuan yang ditetapkan
sebelumnya. Bergeraknya orang-orang harus mengikuti jalur tujuan organisasi
yang hendak dicapai dan bukan merupakan kamuplase (kepura-puraan/keinginan
pemimpin) dari kepemimpinannya itu sendiri, karena bagaimanapun pemimpin itu
adalah bagian dari anggota organisasi itu sendiri. Adapun pergerakan dalam
pencapaian tujuan adalah legitimasi dari sebuah kekuasan yang dimiliki oleh
pemimpin, karena bagaimanapun bukan hanya sebuah simbol atau kedudukan semata.
A Leader adalah seorang yang dipandang
memiliki kelebihan dari yang lainnya untuk jangka panjang maupun jangka pendek
dengan kewenangan dan kekuasan dalam situasi tertentu. Leading adalah
kegiatan dimana individu-individu atau kelompok dipandang oleh satu atau
lainnya untuk mengarahkan dalam pencapaian tujuan, walaupun tujuan itu
merupakan tujuan individu. Dalam konteks memimpin ini banyak diantaranya
anggota dari luar organisasi menjadi orang yang mengarahkan kegiatan orang yang
ada dalam organisasi
B. Fungsi dan Tujuan
Kepemimpinan
Fungsi kepemimpinan merupakan
salah satu fungsi dalam manajemen yang tidak bisa terpisahkan. Kepemimpinan
tidak hanya sekedar memerintah, menghukum, dan menyuruh, akan tetapi lebih dari
itu kepemimpinan adalah seni dalam memerankan seorang pemimpin yang dapat
melaksanakan transformasi kebijakan menjadi sebuah bentuk operasional, sehingga
bentuk-bentuk perintah dan pengarahan dapat dimengerti dan dijalankan oleh bawahan.
Pimpinan harus memiliki kemampuan melihat jauh kedepan (visioner) dan
mampu mengkomunikasikan visi, misi atau strategi serta nilai-nilai kepada semua
orang yang terlibat dan terkait dalam pencapaiannya. Kepemimpinan yang kreatif
adalah bagaimana mengelola organisasi menjadi kreatif yang dapat tumbuh dengan
cepat tanpa kehilangan fokus, melupakan misi, mengalihkan pandangan dari
batas-batas kemampuannya. Pemimpin kreatif tidak menjadi puas diri, terlalu
percaya diri, arogan, malas dan resah. Bagaimana dapat terus tumbuh dan dapat
menghindari lubang-lubang permasalahan tersebut. Michael Esimer (2002),
kepemimpinan kreatif itu ditandai dengan hal-hal berikut ini :
1) Pusatkan pandangan Anda pada
bolanya;
2) Ingatlah satu-satunya cara untuk
berhasil dengan kreatif adalah dengan gagal;
3) Memiliki suatu organisasi yang
dapat mengikuti dan melaksanakan gagasan dengan baik;
4) Sinergi dapat menjadi satu-satunya
koordinasi terpenting bagi laba dan pertumbuhan dalam suatu perusahaan kreatif;
5) Peremajaan adalah kunci lain
pertumbuhan dan bertahan hidup dengan memindahkan para eksekutif anda yang
paling cemerlang pada tanggungjawab yang baru sesering mungkin.
Kepemimpinan yang kreatif
dicirikan dengan kemampuan inspirasional, dimana mampu memberikan peluang
kepada semua anggota untuk mengeluarkan ide-ide, gagasan-gagasan baru dalam
melaksanakan pekerjaan dan mampu serta berani mengambil resiko terkecil apapun dalam
perhitungan-perhitungan yang tepat. Dalam konteks transformasional seperti
dikemukakan oleh Triguna Priyadharma (2001) :
Seni kepemimpinan mampu
dengan tepat memilih kapan berbuat trasformasional dan kapan mereka dapat
transaksional meliputi
(1) pandangan ke depan, inspirasi;
(2) rencana jangka panjang;
(3) praktis, konkrit, nyata;
(4) pasif;
(5) menjaga stabilitas;
(6) menjelaskan.
Kreativitas seorang pemimpin
berarti kemampuan pemimpin dalam berfikir, berdaya cipta dan melakukan
kreasi-kreasi baru menyongsong hari yang lebih baik, meraih keuntungannya dan
keberhasilan yang diharapkan. Kreativitas seorang pemimpin berarti mengalirkan
gagasan baru dan produktif untuk segera diterapkan dalam bentuk nyata.
Manajemen pendidikan kita mengalami perubahan, dari pengelolaan yang
sentralistik menjadi otonomi penuh kepada sekolah sesuai dengan potensinya
masing-masing. Dalam masa-masa transisi seperti ini, maka kepala sekolah adalah
seseorang yang memiliki kreativitas dalam mentransformasikan perubahan yang
bukan tidak mungkin sudah merupakan budaya bagi organisasi sekolah. Gambar
berikut ini, memberikan gambaran tentang seorang pimpinan yang transformasional
dalam bentuk kegiatan-kegiatan yang harus dijalankannya sebagai bentuk fungsi
dan tanggungjawabnya
BAB III
KEPEMIMPINAN
PENDIDIKAN DI SEKOLAH
A . Kepala Sekolah
Kepala Sekolah yang kreatif
dalam konteks transformasional memiliki ciri-ciri karakter sebagai berikut :
cenderung mengamati situasi dan problema yang tidak diperhatikan sebelumnya,
menghubung-hubungkan ide-ide dan pengalaman yang diperolehnya, cenderung
menampilkan beberapa alternatif terhadap subjek tertentu, dan tidak menerima
begitu saja hal-hal yang belum terjadi dan tidak terkait dengan kebiasaan,
memanfaatkan potensi pribadi, mengusahakan fleksibilitas tinggi dalam bidang
pemikiran, dan pandai menghargai waktu dan memanfaatkannya sebaik mungkin untuk
menciptakan sesuatu.
B . Sikap yang harus dimiliki oleh
Kepala Sekolah
Sikap yang harus dimliki oleh
kepala sekolah selain memiliki sikap kepemimpinan dalam hidupnya dan harus
memenuhi beberapa hal berikut
1) Memilki dan melaksanakan
kreativitas dan inovasi;
2) Memiliki dan menghayati arti dan
tujuan perubahan (inovasi);
3) Menggunakan metode, teknik, dan
proses perubahan sekolah;
4) Menumbuhkan iklim yang mendorong
kebebasan berfikir untuk menciptakan kreativitas dan inovasi;
5) Mendorong warga sekolah untuk
melakukan eksperimentasi, prakarsa/keberanian moral untuk melakukan hal-hal
baru;
6) Menghargai hasil-hasil kreativitas
warga sekolah dengan memberikan rewards yang menumbuhkan jiwa
kewirausahaan warga sekolah.
Komitmen dalam pelaksanaan
kegiatan-kegiatan yang menjadi tanggungjawabnya adalah basis dari self-efficacy
yang harus diperhatikan oleh kepala sekolah. Hal ini memberikan peluang
kepada seluruh staf untuk mengikuti dan melaksanakan setiap gerak dan langkah
dari kepala sekolahnya. Guru-guru merasa aman dan nyaman dalam pekerjaanya
ketika visi sekolah dapat mengadopsi setiap tujuan yang hendak dicapainya dalam
pembelajaran. Semua yang dilakukannya bermuara pada resiko yang harus
diambilnya, sehingga apapun yang terjadi setiap pengambilan keputusan
mencerminkan pada orientasi kepemimpinannya. Resiko yang ditanggungnya akan
lebih mudah ketika komunikasi yang dibangun dengan guru dan staf serta
murid-murid sekolahnya baik dan benar. Engkoswara (1999) menggambarkan “….pemimpin-pemimpin
yang menampilkan budaya adalah mulia-moral-spiritual yang mantap, semangat
bekerja dan berusaha yang ulet yang dilandasi pendayagunaan ilmu pengetahuan,
teknologi dan seni tepat guna sejalan dengan etika profesi dalam berbagai
bidang, dan kreatif terpuji yang menyenangkan dan menyejukkan setiap insan
sehingga menjadi kepercayaan, panutan dan toladan….”. Hal ini sejalan dengan
pemikiran dari Jack Hradesky (1995), tantangan-tantangan dalam kepemimpinan
kepala sekolah menjadi ringan dan setiap pekerjaan yang dilakukannya menjadi
tanggungjawab tim bila kepala sekolah memiliki :
C. Keterampilan
dalam Kepemimpinan Kepala sekolah
1) Keterampilan dalam Kepemimpinan
2) Keterampilan dalam Komunikasi
3) Keterampilan dalam Mengelola
Pekerjaan
4) Keterampilan dalam Manajemen Diri
5) Keterampilan dalam Mengambilan
Keputusan
6) Keterampilan Mengelola sumber Daya
Manusia
Kepala sekolah selain
memiliki keterampilan dan harus bisa merangkul anggota-anggotanya disekolah dengan syarat sebagai berikut.
1) Partisipasi yang efektif dari
guru-guru dalam proses pengambilan keputusan dapat lebih mengefektifkan
pencapaian tujuan sekolah.
2) Guru-guru tidak ingin dilibatkan
dalam setiap proses pengambilan keputusan. Disamping itu tidak diharapkan demikian.
3) Tugas yang penting dari seorang
administrator (kepala sekolah) adalah menentukan kapan guru-guru itu dilbatkan
ke dalam proses pengambilan putusan, dan kapan tidak perlu dilibatkan.
4) Peranan guru dalam proses
pengmabilan keputusan dapat bermacam-macam, tergantung pada karakteristik
masalah.
5) Saat guru dilibatkan dalam proses
pengambilan keputusan bergantung pada masalah yang dipecahkan.
Ada beberapa syarat untuk
menentukan perlu tidaknya bawhan diikutsertakan atau berpartisipasi dalam
proses pengambilan putusan yaitu :
a) Relevansi ; apakah ada relevansi
antara masalah yang dipecahkan dengan kepentingan bawahan.
b) Keahlian ; apakah bawahan cukup
mempunyai pengetahuan tentang masalah yang akan dipecahkan.
c) Jurisdikasi ; apakah anggota atau
bawahan mempunyai hak secara legal untuk ikut serta mengambil bagian dalam
proses pengambilan keputusan.
d) Kesediaan ; apakah bawahan
mempunyai kemamuan dan bersedia untuk ikut serta dalam pengambilan keputusan.
(Ngalim Purwanto, 1998 : 71, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, PT. Remaja
Rosdakarya, Bandung)
D. Kepemimpinan dan
Kekuasaan
Refleksi Kekuasaan dalam
Kepemimpinan
Kepemimpinan dan kekuasaan
adalah dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan, dan apabila terjdi
pemisahan dalam prakteknya akan menimbulkan berbagai asumsi terhadap
kepemimpinan dan kekuasaan secara terpisah-pisah. Pemisahan keduanya akan
menampakan bahwa seseorang berkuasa akan tetapi tidak memiliki kepemimpinan
artinya dia bukan pemimpin akan tetapi memiliki kekuasaan yang tinggi dibalik
layar. Sebaliknya ketika dia menjalankan kepemimpinan tanpa memiliki kekuasaan,
maka sebenarnya dia akan diasumsikan hanya sebagai boneka dari seseorang.
Basis kekuasaan yang
dipergunakan oleh orang dalam menjalankan kepemimpinannya dapat diidentifikasi
kedalam beberapa basis, seperti ;
1) Coercive power , orang lebih suka
dengan menggunakan paksaan-paksaan agar orang lain dapat tunduk dan patuh
kedalam peritah dan keinginanya.
2) Reward power, orang dengan basis
ini mengutamakan kepuasaan orang lain dengan perolehan bentuk materi maupun
non-materi sehingga dia dapat dengan leluasa menjalankan kepemimpinanya.
3) Connection power, ketergantungan orang-perorang
baik secara individu maupun kelompok dalam organisasi menjadikan alat
bergantung untuk memegang tampuk kekuasaan.
4) Information power, sejumlah informasi yang
dikuasainya menjadikan dia dapat menguasai orang lain dan menggerakannya sesuai
dengan keinginan. 5) Referent power, dimata orang lain dia memiliki sejumlah
hal yang memiliki nilai yang luhur yang memungkinkan dia akan memipin dengan
baik. 6) Legal power, orang berkuasa karena memang benar-benar secara legal dia
memperoleh dukungan dari orang dengan bukti-bukti sah sebagai penguasa.
E. Kepemimpinan dan
Perubahan Di Lingkungan Pendidikan ( Di Sekolah)
Perilaku organisasi sebagai
suatu studi yang menyangkut aspek-aspek tingkah laku manusia dalam suatu
organisasi atau suatu kelompok tertentu. Ia meliputi aspek yang ditimbulkan
dari pengaruh organisasi terhadap manusia, demikian pula aspek yang ditimbulkan
dari pengaruh manusia terhadap organisasi.
Pendekatan perilaku dalam
organisasi mempertaruhkan manusia dalam organisasi sebagai suatu unsur yang
komplek, dan oleh karenanya adanya suatu kebutuhan pemahaman tentang teori
organisasi yang didukung oleh riset yang empiris sangat diperlukan sebelum
diterapkan dalam mengelola manusia itu sendiri.
(Bagaimana Seyogyanya orang)
mendekati situasi dimana manajer mungkin harus memilih antara dua alternatif,
alternatif yang satu lebih manusiawi dan yang lain lebih produktif ? Alternatif
mana yang seyogyanya dimaksimumkan manajer ? (Henry L. Tosi;1981)
BAB IV
KESIMPULAN
Bahwa manusia dilahirkan untuk menjadi pemimpin. Sejak Adam
diciptakan sebagai manusia pertama dan diturunkan ke Bumi, Ia ditugasi sebagai
Khalifah fil ardhi. Sebagaimana termaktub dalam Al Quran Surat Al Baqarah ayat
30 yang berbunyi : “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Malaikat”;
“Sesungguhnya Aku akan mengangkat Adam menjadi Khalifah di muka Bumi”.
Kepemimpinan (leadership) adalah
kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin (leader) tentang
bagaimana menjalankan kepemimpinannya (to lead) sehingga bawahan dapat
bergerak sesuai dengan yang diinginkan dalam mencapai tujuan yang ditetapkan
sebelumnya. Bergeraknya orang-orang harus mengikuti jalur tujuan organisasi
yang hendak dicapai dan bukan merupakan kamuplase (kepura-puraan/keinginan
pemimpin) dari kepemimpinannya itu sendiri, karena bagaimanapun pemimpin itu
adalah bagian dari anggota organisasi itu sendiri. Adapun pergerakan dalam
pencapaian tujuan adalah legitimasi dari sebuah kekuasan yang dimiliki oleh
pemimpin, karena bagaimanapun bukan hanya sebuah simbol atau kedudukan semata.
Kepala Sekolah yang kreatif
dalam konteks transformasional memiliki ciri-ciri karakter sebagai berikut :
cenderung mengamati situasi dan problema yang tidak diperhatikan sebelumnya,
menghubung-hubungkan ide-ide dan pengalaman yang diperolehnya, cenderung
menampilkan beberapa alternatif terhadap subjek tertentu, dan tidak menerima
begitu saja hal-hal yang belum terjadi dan tidak terkait dengan kebiasaan,
memanfaatkan potensi pribadi, mengusahakan fleksibilitas tinggi dalam bidang
pemikiran, dan pandai menghargai waktu dan memanfaatkannya sebaik mungkin untuk
menciptakan sesuatu.
PENUTUP
Al-Hamdullilahi Robbil Alamin
saya selaku pembuat makalah untuk memenuhi sala-satu tugas mata kuliah
Pengelolaan Pendidikan Yang di bimbing oleh Yaya Sunarya M.Pd dan saya juga
sadar akan kekurangan-kekurangan yang saya miliki tapi dengan membuat makalah
ini saya jadi bisa tahu bagaimana sikap seorang pemimpin disekolah harus
mempunyai sikap-sikap dan ide-ide yang tidak dimiliki oleh orang lain. Dan
mudah-mudahan Suatu hari nanati saya akan menjadi pemimpin untuk diri pribadi
dan keluarga dan bangsa ini... karena bengsa ini sudah kangen akan kepemimpinan
yang Adil,Bijak, dan mensejahterakan Rakyatnya Aminnnn Ya Robbal
Alamin...........